Kamis, 20 November 2008

JANGAN MENYALAHKAN TUHAN

“Bo, Anda salah. Kemiskinan adalah soal takdir…”

Pria ini bergegas menghampiri saya begitu saya selesai memberi ceramah tentang finansial. Ia berbicara pada saya dengan nada seperti dalamSidang Pengadilan Tertinggi, dan membuat saya terkejut.

“Mengapa Anda berkata begitu, Pak?” tanya saya.

“Karena ada orang-orang yang terlahir miskin,” kata pria itu, “Dan ada orang-orang yang terlahir kaya. Itu adalah takdir. Itu adalah kehendak Tuhan.”

Saya mengernyit. Bagaimana saya bisa mengatakan padanya bahwa saya telah bekerja selama bertahun-tahun (tidak, selama beberapa dekade)dengan orang-orang miskin – dan ini merupakan cara berpikir yang persis membuat banyak orang terjebak dalam kemiskinan. “Tuhan menjadikan saya miskin,” adalah plakat yang kasat mata yang tertulis di kening banyak orang miskin yang saya temui.

Saya mengatakan padanya, “Memang benar, terlahir kaya atau miskin bukan suatu pilihan. Tapi untuk menjadi kaya atau miskin – itu merupakan pilihan yang Tuhan serahkan pada kita.”

Ia menatap saya seolah saya berbicara dalam Bahasa Swahili.

Saya ingin menjelaskan tapi ia ingin menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat mengganggu…

TUHAN MEMBERIKAN PILIHAN PADA KITA UNTUK MENJADI KAYA ATAU MISKIN
“Bo, mengapa engkau mengajar kami untuk menjadi kaya?”

Nada suaranya sangat tajam. Seakan dia bertanya pada saya, “Mengapa engkau mengajar kami untuk membunuh orang, membakar tubuh mereka, dan memakan hati mereka?”

Ia melanjutkan, “Jika engkau betul-betul seorang Kristen, seharusnya engkau mengajar kami untuk merasa puas dengan keadaan kami. Bo,tidakkah engkau puas dengan keadaanmu?”

Saya tertawa. “Oh, saya sangat puas.”

Saya tidak pernah mengatakan ini padanya, tapi saya ingin mengatakannya pada Anda: Sekarang, jika saya memilih untuk melakukannya, saya bisa berhenti bekerja, mendepositokan uang saya disebuah bank – dan hidup dari bunganya. Tentu, saya harus lebih menyederhanakan gaya hidup saya, tapi kami masih akan tetap merasa sangat nyaman.

Dengan bunga yang saya terima dari bank, saya dapat memelihara rumah kecil dan mobil sederhana saya.

Dan ya, saya tetap dapat mengajak isteri saya untuk kencan romantiskami setiap minggu.

Dan saya tetap dapat mengajak anak-anak saya untuk berlibur dua kali setahun. Tidak ada lagi liburan ke Macau, tentunya. Tapi Puncak pun tidak masalah.

Saya bahkan dapat membayar cicilan rumah kami. (Sejumlah 120 Peso sebulan! Ya, saya tinggal di area kelas tiga yang menyenangkan.)

Tapi jika saya berhenti bekerja dan hidup dari bunga bank, beberapa hal akan berubah…

HIDUP BUKAN HANYA SOAL DIRI ANDA

Saat ini, saya menyekolahkan sejumlah anak-anak miskin. Itu harus berhenti.

Saat ini, saya membiayai beberapa misionaris. Itu harus berhenti.

Saat ini, saya menyediakan modal untuk proyek kehidupan bagi orang-orang miskin. Itu harus berhenti.

Saat ini, saya membiayai proyek pelayanan saya yang baru dalam masa percobaannya. Itu harus berhenti.

Inilah alasan mengapa saya memilih untuk bertumbuh, mengembangkan,meningkatkan, dan menjadi lebih kaya karena saya ingin lebih memberkati dunia.

Itulah sebabnya saya bekerja sangat keras sekarang!

Inilah yang saya pelajari: (1) Merasa puas dan (2) berkeinginan untuk berkembang dapat hadir secara bersamaan dalam hati Anda.

Hal itu hanya dapat terjadi jika cinta yang mengendalikan hati Anda.

Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez

Jumat, 14 November 2008

SAYA KAYA!

Dua minggu lalu, saya ke Macau.

Saya menghabiskan lima hari di kota Casino kecil itu dengan enam sahabat yang luar biasa: Hermie Morelos, Gil Ramiscal, Pio Espanol,Roy Pasimio, Tim Duran, dan Carl Fontanilla. Mereka juga kebetulan adalah para pemimpin “pelopor” komunitas saya, Light of Jesus, dan komunitas virtual kami, Kerygma Family. Kami mengajak serta isterikami masing-masing, sehingga kegembiraan kami menjadi berlipat-ganda.

Apa yang kami lakukan di Macau?
Tidak ada.
Tidak ada kotbah, tidak ada rapat, tidak ada sesi.
Kami mengobrol.
Kami tertawa.
Kami dieratkan.
Kami banyak berfoto. (Kami Filipino!)
Kami makan banyak Chinese food.
Dan berada di Macau, kami mengunjungi banyak Casino.
Bukan untuk berjudi tentunya. Maksud saya, kami adalah Pemimpin Awam sebuah kelompok Katolik, bukan?

Karena itu kami hanya menonton pertunjukan para penari seksi diCasino.
Bercanda.
Kami tidak dapat melakukan hal itu.
Para isteri bersama kami.
Haha!
Serius nih, kami sudah merasa sangat gembira karena bersama.

Ketika orang-orang mendengar kami ke Macau selama 5 hari, merekabertanya pada saya, “Mengapa lima hari? Macau begitu kecil. Setelahdua hari, kamu sudah melihat semuanya.”

Dengar, bukan Macau yang membuat perjalanan itu menyenangkan.

Perjalanan itu menjadi luar biasa karena orang-orang yang bersama saya.

Saya ingin menceritakan sesuatu tentang kelompok ini. Tahukah Anda sudah berapa tahun kami melayani Tuhan bersama? Sudah lebih dari 20 tahun. Beberapa dari kami sudah 27 tahun.

Inilah rahasianya:
Saya telah menemukan bahwa kami seharusnya pertama-tama menjadi teman sebelum kami menjadi rekan pemimpin. Begitu para pemimpin sebuah komunitas atau persekutuan doa atau gereja berhenti menjadi teman, organisasinya akan terpecah. Dijamin.

Karena itu kami telah menjadi sahabat selama bertahun-tahun.
Perut beradu perut.
Lengan bergandeng lengan.
Bahu membahu.
Bau ketiak dengan bau ketiak.

Kami adalah Sahabat Terbaik.
Bukan karena kami tidak bertengkar.Kami bertengkar.
Oh, Anda harus mendengar kami berargumen dalam rapat-rapat kami.Tapi kami selalu bersama seperti lem.Karena kami telah memutuskan untuk menjadi tua bersama.Apapun yang terjadi.

Mengapa?

Beberapa waktu lalu, saya telah menentukan apa yang menjadi kekayaan saya…Kekayaan saya adalah relasi saya.Bukan uang saya.Bukan properti saya.Bukan investasi saya.Kekayaan saya adalah relasi saya dengan Tuhan.Kekayaan saya adalah relasi saya dengan keluarga saya. Kekayaan saya adalah relasi saya dengan teman-teman saya.Dan kekayaan saya adalah orang-orang yang miskin secara spiritual dan material yang saya layani setiap hari.Inilah alasan mengapa saya kaya.

UANG BUKAN DEFINISI SAYA TENTANG KEKAYAAN,TAPI TENTU UANG ITU PERLU

Sebagai contoh, saya membutuhkan uang untuk pergi ke Macau.Dan kencan romantis setiap minggu yang saya lakukan dengan isteri saya juga membutuhkan uang.Termasuk juga janji dengan anak-anak saya.Dan juga janji dengan ibu saya yang berusia 83 tahun.

Saya ulangi: Kekayaan saya adalah relasi saya. Bukan uang.

Namun saya tidak dapat memungkiri bahwa uang membantu saya dalam semua relasi saya.Dulu, saya miskin.Tapi dalam sepuluh tahun terakhir, saya telah mengembangkan kekayaan finansial saya.

Sekarang saya punya bisnis kecil, berkecimpung dalam real estate, dan belajar tentang bursa saham. Dari seorang misionaris miskin, sekarang saya menikmati 16 aliran penghasilan yang mengalir ke dalam hidup saya.Karena hal ini, sekarang saya mengirim beberapa anak-anak miskin ke sekolah, mendukung lebih banyak misionaris secara finansial, dan memberi lebih banyak nafkah bagi keluarga-keluarga miskin. Apakah Anda menginginkan pengalaman yang sama terjadi dalam hidupAnda?

Bersambung Minggu Depan…

Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez

Rabu, 12 November 2008

MENGAPA BEGITU BANYAK TUHAN

Kali ini singkat saja.S aya hanya ingin mengajukan satu pertanyaan pada Anda.

--- 0 ---

Minggu lalu, saya makan siang bersama seorang hartawan asing.

Seberapa kaya? Ia berpenghasilan dua juta dollar sebulan. (Sayas erius.) Ia sedang berada di Filipin mengunjungi pulau-pulau kami yang kecil.

“Bagaimana dengan kunjunganmu?” saya bertanya padanya.

“Saya sangat menyukainya,” katanya, “Saya belum pernah bertemu dengan orang-orang yang lebih sopan, lebih santun, lebih ramah dari orang-orang Filipin.”

“Terima kasih,” saya berbinar.

Tapi kemudian dia mengernyitkan dahi. “Bo, saya juga perhatikan kalau orang-orang Filipin sangat religius. Saya melihat tricycle(transportasi umum roda tiga) dengan kalimat, “Tuhan mengasihimu” dan“Yohanes 3:16”. Ada begitu banyak Tuhan di negaramu. Namun, ada juga banyak kemiskinan.”

Ouch.

Itu menyakitkan karena begitulah kenyataannya.

Pertanyaannya mengingatkan saya tentang kunjungan saya ke Vietnam sebulan lalu – dan bagaimana saya merasa terusik.

Tidak ada banyak Tuhan di negara itu. Negara itu merupakan negara komunis selama puluhan tahun. Tapi ekonominya meledak. Dan menurut statistik, kemiskinan berkurang hingga 60%! Bisakah Anda mempercayainya?

Satu alasan: investasi asing.

Tahun lalu, investasi asing di Filipin mencapai setidaknya 2,5 milyar dollar.

Tahun lalu di Vietnam, investasi asing mereka mencapai 15 milyar dollar.

Dan Anda tahu apa yang terjadi tahun ini? Dari Januari hingga Juli 2008, investasi asing di Vietnam telah mencapai 33 milyar dollar.

Lihatlah China. Bangsa lain yang tidak “berTuhan”. Tapi kemiskinan juga berkurang. Dan mereka sekarang mempersiapkan diri menjadi negara Adidaya berikutnya di dunia.

Lihatlah Jepang. Hanya 2% dari populasinya umat Kristiani. Banyakdari mereka yang bahkan tidak mempunyai agama. Namun ekonomi mereka terus berkembang dengan subur selama puluhan tahun.

Tapi lihatlah beberapa negara di Amerika Selatan. Seperti Filipin, ada banyak agama dan kemiskinan juga.

Berikut pertanyaan-pertanyaan saya:
• Mengapa begitu banyak Tuhan dan kemiskinan di negara kita?
• Apakah suatu “merek” agama tertentu menyebabkan kemiskinan?
• Atau apakah saya melewatkan sesuatu di sini?

Ceritakan pada saya pemikiran-pemikiran Anda.

Katakan pada saya apa yang Anda pikir.

Minggu depan, saya akan berikan pemikiran-pemikiran saya pada Anda.

Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez