Semua dimulai ketika penerbangan saya ke Cebu tertunda selama 5 jam.
Ketika para penumpang lain di sekeliling saya bersikap seperti gunung berapi yang siap meletus, mengutuki bencana yang menimpa kami – saya tersenyum dan menutup mata. Kontan, saya merasa damai. Saya berbisik, “Tuhan, Engkau punya sebuah kejutan istimewa bagi saya.”
Dan dalam beberapa menit, saya mendapatkan hadiah saya.
Kejutan istimewa itu adalah Ray, seorang pria yang memberkati saya dengan hidupnya. Ia juga memberi saya ide-ide kunci bisnis yang akan melipat-gandakan penghasilan saya.
Ia menyapa saya dengan jabatan tangan yang kuat dan sebuah senyuman bersahabat. “Saya menonton Anda di TV,” katanya, “dan saya meng-sms keluarga dan teman-teman saya untuk menonton Anda.”
Seperti saya, penerbangan Ray ke Mindanao juga tertunda selama 8 jam. (Semua penerbangan hari itu mengalami keterlambatan. Bandara terlihat seperti sebuah kamp penampungan dengan orang-orang duduk dilantai dan kerumunan yang mengemis makanan dari staf maskapai penerbangan.)
Saya tidak tahu kenapa, tapi saya merasakan suatu koneksi dengan pria di depan saya ini. Belakangan, saya baru tahu alasannya. Sembari duduk di sebuah kafe dan memesan kopi, Ray menceritakan pada saya kisah hidupnya.
Saya begitu terperangah oleh pengalamannya,hingga melupakan kopi saya sama sekali.
“Saya ikut Sekolah Alkitab dan menjadi seorang pendeta,” katanya.“Saya merintis sebuah gereja kecil.” Tapi setelah menjadi seorang pendeta selama 3 tahun, tragedi menimpa. Isterinya mengalami keguguran dan kehilangan seorang bayi laki-laki.
Cobaan ini membuat Ray lebih berpikir tentang keluarganya.
“Menjadi seorang pendeta sangat kesepian,” jelasnya. “Semua masalah domba-domba saya adalah masalah saya. Tapi semua masalah saya adalah hanya milik saya! Maka saya meminta umat saya untuk menggembalakan pendeta mereka juga.”
Secara perlahan, ia mendelegasikan tugasnya kepada jemaatnya karena ia merasakan suatu kebutuhan untuk berfokus pada keluarganya – khususnya kebutuhan finansial mereka.
Selama 6 tahun ia bergabung dan bekerja di suatu perusahaan besar sebagai Regional Manager untuk seluruh Mindanao (daerah Selatan Filipin). Ia mempunyai penghasilan 50.000 Peso sebulan (sekitar US$1.000), sejumlah angka yang besar ketika itu.
Namun pada akhirnya, ia tetap tidak punya uang. Sebenarnya, ia berhutang hingga sejumlah 1,2juta Peso (sekitar US$26.000) – termasuk suatu jaminan penahanan.
Untuk bertahan dan memberi makan anak-anaknya, ia yang dulunya Regional Manager menjadi seorang Supir Taksi. Sungguh suatu pengalaman yang membuat kita belajar untuk menjadi sangat rendah hati.
Tapi ia memetik suatu pelajaran penting yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Sekarang Ray hanya berpenghasilan 350 Peso sehari – sangat jauh dari penghasilannya sebelumnya. Tapi di sinilah ia belajar bagaimana mengatur uangnya.
Di sinilah ia belajar bagaimana untuk hidup dengan keinginan-keinginannya.
Di sinilah ia belajar bagaimana menabung.
Ray berkata, “Orang-orang senang mengatur sesuatu yang mereka tidak miliki. Itulah sebabnya mereka miskin. Dengan meminjam barang-barang yang tidak sanggup mereka beli. Selama tahun itu sebagai seorang Supir Taksi, saya belajar mengatur apa yang saya miliki.
Dan say asebenarnya lebih baik berpenghasilan 350 Peso sehari daripada 50.000 Peso sebulan! Karena sekarang, saya belajar untuk mengatur uang saya.”
Setelah setahun menjadi seorang Supir Taksi, ia meminjam uang secukupnya untuk membeli sejumlah taksi dan menjadi seorang Operator Taksi. Tapi itu hanyalah sebuah langkah transisi untuk belajar bagaimana menjalankan sebuah bisnis. Tujuannya sebenarnya adalah untuk berada dalam bisnis “uang”.
Ray ingin memiliki sebuah bank.
Maka langkah pertamanya adalah bekerja di sebuah Bank Daerah – tanpa meminta gaji. Ia hanya ingin belajar. Dan 3 tahun kemudian, ketika ia sudah cukup belajar, Ray membangun Bank Daerah miliknya sendiri.
Sekarang, Bank Daerahnya semakin kuat. Sejauh ini, setelah 7 tahun, banknya telah memberi pinjaman mikro kepada lebih dari seribu orang dikotanya, menyediakan modal untuk usaha kecil mereka. Dan dengan 97% efisiensi pembayaran kembali! Karena hal ini, banknya telah mengubah hidup kaum miskin.
Ia mengajar mereka kebiasaan menabung, menginvestasi, dan berbisnis.
Ray menjelaskan, “Saya bertanya pada orang-orang, ‘Apakah Anda mau menjadi makmur?
Apa yang Anda miliki?
Anda mungkin tidak punya uang.
Tapi Anda punya waktu.
Tidak hanya waktu, tapi waktu untukbelajar.
Maka gunakan itu!
Bergabunglah dengan sebuah perusahaan asuransi dan menjadi seorang agen. Atau bergabunglah dengan sebuah perusahaan dan menjual produk mereka.
Yang terpenting adalah belajar– dan dari situ, kembangkan.
Jangan mencari pekerjaan untukmenghasilkan uang.
Cari pekerjaan untuk belajar!
Dan jangan memulai sebuah usaha untuk menghasilkan uang. Berkecimpunglah dalam sebuah bisnis untuk belajar! Uang akan mengikuti.”
Ia melanjutkan, “Beberapa orang memulai sebuah bisnis dan ingin langsung menghasilkan. Tapi hal itu tidak bijaksana. Memulai sebuah bisnis seperti sebuah ketapel. Anda harus menarik ke belakang. Hal itu berarti membersihkan jalan. Ambil waktu menarik ke belakang. Karena ketika waktunya untuk melepaskan, Anda akan terkejut bahwa bisnis Anda akan dengan cepat mencapai target.”
Ray adalah seorang Pengusaha Berseri. Di belakang kartu namanya terlihat daftar bisnisnya yang lain: sebuah perusahaan konstruksi, sebuah perusahaan manajemen properti, salon, restoran – plus beberapa lagi.
“Saya tidak pernah mengatur bisnis saya,” katanya, “Saya mempercayakannya pada orang-orang yang dapat melakukannya dengan lebih baik. Saya menjadikan mereka bagian dalam kepemilikan. Itulah sebabnya saya dapat memiliki banyak bisnis.”
Sembari mendengarkan Ray berbicara, saya merasa seperti mendengarkan kotbah saya.
Kami berdua memiliki kepercayaan yang sama tentang uang.
Kami berdua Pengkotbah yang membahas kebutuhan-kebutuhan praktis orang-orang.
Kami berdua Pengusaha Berseri.
Dan kami berdua berjuang melawan kemiskinan dengan mengajarkan tiga hal pada orang-orang Filipin:
(1) sebuah spiritualitas praktis,
(2)suatu pola pikir finansial yang lebih positif, dan
(3) kemampuan finansial.
Oh, satu hal terakhir: Kami berdua mencintai keluarga kami.
Di bandara, saya bertemu isteri tercinta Ray dan putri mereka yang cantik. Saya merasakan kebahagiaan dalam keluarganya. Menyegarkan rasanya. Hari itu, bencana saya berubah menjadi sebuah berkat yang kaya.
Tidak hanya bagi saya, tapi bagi setiap orang yang sedang membaca blog ini sekarang. Berbicara dengan Ray membuat saya lebih sadar dari sebelumnya bahwa kita tidak pernah boleh mengatakan pada diri sendiri, “Saya mengalami kemacetan dan tidak dapat bergerak. Hidup saya tidak akan berubah.”
Teruslah bermimpi, teman.
Tuhan punya sebuah rencana yang luar biasa bagi hidup Anda.
Kejarlah itu dengan penuh semangat.
Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar